( I )
Januari masih seperti dulu
Datang terburu – buru
Berjalan tertatih dalam ari mimpi
Tanpa
topeng
Ya
!! dia datang sendiri
Hatinya
bergejolak rasa rindu yang kian memuncak
Menantangku
dalam gerimis
(
II )
Diantara
rembulan yang tersembunyi dalam gelap
Aku
hanya bisa mematung bisu dalam kabut pagi
Dengan
hati penuh sayatan luka dendam
Yang
dipahat Januari puluhan tahun silam
Padahal
hati dipenuhi rasa rindu, siapa tahu
Kenangan
pahit itu membuatku terlalu takut untuk bertemu
(
III )
Aku
pun menangis dalam malam
Memohon
iba pada langit
“
kemanakah akan kutitipkan rindu ini? “
kulihat
Januari makin lemah di balik gerimis
(
IV )
Dan
awan petir pun menggelegar
Kutitipkan
kenangan pahit penuh dendam padanya
Awan
putih menjadi hitam legam menyeramkan
Membuat
buta bagi siapa saja yang meliriknya
Air
kerinduan pun tertumpah ruah dalam sekejap
Langit
menangis
Menangisi
diriku yang lemah
Biarlah
kenangan pahit yang kuukir pada Januari
Hanyut
bersama tetesan - tetesan air rinduku dalam hujan
Lihat
sungai menyambut hujan penuh suka cita
Memeluk
erat tiap tetesan kenangan yang ku alirkan
(
V )
Kisahku
dan Januari demikian rumit
Kini
Februari makin dekat dipandang
Jarinya
menggantung di ujung lambaian senja
Menunggu
air kerinduan menyambutnya dalam alunan lagu malam
Itulah
mengapa..
Aku
tak benci hujan
Karena
kerinduanku pada Januari takkan pupus
Aku
hanya benci kenangan yang datang bersamanya
Itu
saja..
_ Biru Launiy
