Manusia adalah makhluk cerita, di waktu kecil manusia
menggemari cerita, anak kecil kerapkali
minta diceritakan atau dibacakan buku cerita, setelah dewasa pun, manusia
menggemari cerita dalam berbagai bentuknya, baik cerit fiktif, cerita factual
atau campuran antara keduuanya, apapun bentuknya cerita akan memenuhi dahaga
manusia pada cerita itu sendiri, begitulah fitrah manusia yang tak dapat
dipisahkan dari cerita itu sendiri.
Pada titik tertentu, kadang cerita bukan saja bagian tak
terpisahkan dari manusia, namun cerita adalah diri manusia sendiri yang
terlahir kembali dalam situasi dan kondisi yang berbeda.
Sebagai makhluk cerita, tentu saja manusia bukan hanya
penerima cerita, dia juga pencipta cerita, karena memang tidak hanya
mengkonsumsi tapi juga memperoduksi cerita, maka dia akan berbagi cerita, siapa
tahu cerita yang ia suguhkan berguna bagi orang lain.
Seorang sastrawan pada dasarnya berburu memproduksi cerita,
pada titik itu, ia bergelut dalam dua hal sekaligus, pertama, dia bergelut
dengan isi, tema, atau pokok yang akan menjadi inti cerita. Seorang pengarang
cerita dituntut untuk menemukan sebuah cerita yang menarik, padat, dan berisi,
cerita itu mungkin dia kembangkan dari penghayatannya atas kehidupan nyata
sehari-hari, atau dia kembangkan dari renungan dan imajinasinya sendiri, bagi
pengarang ini merupakan tantangan utama dan pertama.
Kedua, seorang pengarang bergelut dengan dirinya sendiri
untuk menemukan cara atau bentuk yang menarik dalam menceritakan sebuah cerita
yang disusunnya. Semenarik apapun sebuah cerita, tanpa didukung oleh cara atau
bentuk penceritaan yang menarik dan teknik narasi yang baik pastilah akan
mengurangi kadar artistic cerita itu sendiri. Cerita yang baik harus
disampaikan dengan cara yang sama baiknya dengan cerita itu sendiri, bahkan
lebih baik lagi.
Jika seorang pengarang tak berhasil menemukan cerita yang menarik, dia bisa
menyiasatinya dengan cara yang menarik dalam menceritakannya, jika anda hanya
menemukan setangkai bunga mawar imitasi untuk anda persembahkan kepad sang
kekasih, maka anda harus bersiasat untuk menyampaikannya dengan cara yang
paling indah, paling romantic, paling menghanyutkan dan paling memabukkan,
hanya dengan begitu kelemahan pada aspek pertama dapat dimaafkan..
dikutip dari : buku sastra "Para Nabi Dalam Botol Anggur"




