Jumat, 04 Desember 2015

Makhluk Cerita :)



Manusia adalah makhluk cerita, di waktu kecil manusia menggemari cerita,  anak kecil kerapkali minta diceritakan atau dibacakan buku cerita, setelah dewasa pun, manusia menggemari cerita dalam berbagai bentuknya, baik cerit fiktif, cerita factual atau campuran antara keduuanya, apapun bentuknya cerita akan memenuhi dahaga manusia pada cerita itu sendiri, begitulah fitrah manusia yang tak dapat dipisahkan dari cerita itu sendiri.

Pada titik tertentu, kadang cerita bukan saja bagian tak terpisahkan dari manusia, namun cerita adalah diri manusia sendiri yang terlahir kembali dalam situasi dan kondisi yang berbeda.
Sebagai makhluk cerita, tentu saja manusia bukan hanya penerima cerita, dia juga pencipta cerita, karena memang tidak hanya mengkonsumsi tapi juga memperoduksi cerita, maka dia akan berbagi cerita, siapa tahu cerita yang ia suguhkan berguna bagi orang lain.
Seorang sastrawan pada dasarnya berburu memproduksi cerita, pada titik itu, ia bergelut dalam dua hal sekaligus, pertama, dia bergelut dengan isi, tema, atau pokok yang akan menjadi inti cerita. Seorang pengarang cerita dituntut untuk menemukan sebuah cerita yang menarik, padat, dan berisi, cerita itu mungkin dia kembangkan dari penghayatannya atas kehidupan nyata sehari-hari, atau dia kembangkan dari renungan dan imajinasinya sendiri, bagi pengarang ini merupakan tantangan utama dan pertama.

Kedua, seorang pengarang bergelut dengan dirinya sendiri untuk menemukan cara atau bentuk yang menarik dalam menceritakan sebuah cerita yang disusunnya. Semenarik apapun sebuah cerita, tanpa didukung oleh cara atau bentuk penceritaan yang menarik dan teknik narasi yang baik pastilah akan mengurangi kadar artistic cerita itu sendiri. Cerita yang baik harus disampaikan dengan cara yang sama baiknya dengan cerita itu sendiri, bahkan lebih baik lagi.

Jika seorang pengarang tak berhasil  menemukan cerita yang menarik, dia bisa menyiasatinya dengan cara yang menarik dalam menceritakannya, jika anda hanya menemukan setangkai bunga mawar imitasi untuk anda persembahkan kepad sang kekasih, maka anda harus bersiasat untuk menyampaikannya dengan cara yang paling indah, paling romantic, paling menghanyutkan dan paling memabukkan, hanya dengan begitu kelemahan pada aspek pertama dapat dimaafkan..  


dikutip dari : buku sastra "Para Nabi Dalam Botol Anggur"

Jumat, 06 November 2015

Muharram Yang Lain :)


Engkau yang datang di ujung Dzulhijjah
Mengaku bernama Muharram.........
Mengaku pula sebagai simbol pergantian Hijriyah
Heeyy..apa manusia semuanya mengakuimu?
Bahkan mereka lebih mengakui kawanmu, Masehi

Tuhaaann..
Kalau boleh aku bercerita tentang Muharram,
Akan ku ceritakan banyak perubahan tentangnya
Yang dahulu kemuliaannya selalu ramai di bicarakan para manusia
Namun kini hanya seperti kabut fajar yang terbubung tinggi ke angkasa
Bahkan tak ada resah gundah gelisah atas dosa

Tuhaaann..
Kalau boleh aku bercerita tentang Muharram,
Akan ku ceritakan tentang asal muasalnya
Yang mana Ia terbuat dari kekeringan musim kemarau,
Di jahit dengan kepekatan kabut asap di daerah saudara kami
Serta disulam oleh kelembutan yang lentur seperti janji para tikus

aku rindu Muharram, Tuhaaann
rindu akan tetesan air yang jatuh saat semua mata terpejam
rindu akan langit biru yang datang menggantikan langit hitam
rindu akan panjatan doa dari manusia manusia yang selalu diam
rindu akan ekspresi kebahagiaan batin yang menghiasi temperam malam

Dengan menyebut nama Allah,
Izinkan aku bertemu kembali dengan Muharram,
Rabbana dzolamna anfusana wa in lam taghfirlana lanakunanna minal khosirin..

Tazkia IIBS Malang, Muharram 1437 H  

Selasa, 12 Mei 2015

Tepung?


Apa yang terlintas di benak anda ketika mendengar kata “tepung”?
Ya, pastinya kita langsung membayangkan sebuah serbuk berwarna putih, yang digunakan untuk membuat adonan roti ataupun campuran tahu tempe, atau mungkin tepung kanji untuk membuat jenang.
Tapi disini ada sesuatu yang berbeda, sangat unik. Dan itu tentang “tepung”
Berada di area sekolah dalam waktu lebih dari setengah hari, membuat perut saya harus tetap mendapatkan suplai makanan yang cukup. Jadi, selain sarapan di kantin sekolah, saya terkadang membeli camilan atau yang biasa kita sebut ‘jajan’ di koperasi sekolah. Koperasi yang selalu ramai ini terletak di samping kantin, menjual berbagai macam makanan ringan, makanan basah, minuman, alat tulis, dll. Harga yang ditarif pun relatif murah. Saya pernah membeli camilan seperti crispy keju seharga 2 Baht. Dan air minum bertapas seharga 5 Baht. Kantin tersebut dijaga oleh dua perempuan cantik yang biasa saya panggil “kakak”.
Lalu, apa hubungannya dengan tepung? Hehe...sebentar sebentar...
Selain camilan di koperasi sekolah, sebenarnya ada lagi satu warung. Terletak di luar gerbang sekolah. Tepat dua rumah samping sekolah. Warung kepunyaan salah satu teacher disini yang biasa saya panggil dengan sebutan “Kak Weh”. Orangnya ramah dan lucu, selalu membuat saya tertawa terutama jika terjadi salah paham dalam mengobrol dengan gaya bahasanya. Karena, kak Weh hanya mampu memahami bahasa Thailand dan sedikit Melayu. Jadilah, obrolan yang tak ada ujungnya karena tak ada yang paham di antara kami. Hahaha..
Di warung kak Weh, tak hanya tersedia camilan ringan, namun juga menyediakan makanan kenyang. Seperti mama haji (mie kuah dengan merk ‘Haji’), cakyau, mie hun, mie tom yam, dan masih banyak lagi. Tapi, para budak membeli di warung kak Weh hanya sepulang sekolah saja, karena ketika jam sekolah, mereka tidak diperbolehkan membeli camilan di luar gerbang.
Dan unik nya, semua camilan tersebut, mulai dari mie hingga jajan chiki atau coklat gery ataupun semua macam gorengan, para budak-budak dan teacher-teacher menyebut nya dengan sebutan “tepung”..?????
Ya, tepung!!!!
Saya terkekeh. Ingin tertawa. Bagaimana tidak? Camilan yang misalnya, di Indonesia sering kita sebut dengan merk chiki, gery, chocholatos, keripik, gorengan, sosis, dll. Sedangkan disini, kita hanya menyebut mereka dengan satu kata saja, yaitu tepung. Aneh, bukan? Semuanya dinamakan tepung. Saya tidak habis pikir, bagaimana jika ada salah satu budak yang ingin menitip camilan khusus ke teman kelasnya, apakah dia akan menyebut,”aku nitip beliin tepung yang ada coklatnya,”
Atau mungkin,”aku ingin makan tepung pisang goreng,”
Atau juga,”aku boleh nitip tepung yang rasa pedas?”
Haha.. membayangkan saja hampir membuat saya tak bisa menahan tawa. Dan mereka pasti akan membelikan apa saja. Karena tak ada inisial khusus untuk tepung satu ini. Unik. 

Assalamu’alaikum teacher... :)


Diantara semua kegiatan dari pagi hingga malam di Negeri seberang, yang satu ini merupakan kegiatan yang paling saya sukai. Berbaris depan gedung sekolah yang megah, menyambut kedatangan para budak-budak yang selalu bersemangat dalam menuntut ilmu. Pejuang Thailand yang sangat tangguh. Sambil sesekali mengobrol dengan teacher yang juga baris di samping saya, atau tersenyum ringan melihat keluguan budak-budak yang selalu ramai depan gedung.
Selain sapaan di depan gedung, biasanya ada juga yang menyapa saya ketika sedang turun tangga ke lantai satu (karena kantor saya terletak di lantai tiga),”Assalamu’alaikum teacher.” Saya hanya tersenyum dan berlalu.
Atau menyalami yang kemudian mereka senyum-senyum melihat saya berjalan hingga belokan tangga,

Ada juga yang kemudian menyalami saya layaknya teacher-teacher yang lain. Namun, ada yang berbeda dari budak tingkat Pra’thoum (SD). Mereka lebih akrab menyapa para teacher dengan sapaan pelukan hangat di tubuh. Setelah mengucapkan assalamu’alaikum tentunya. Dan itu tak hanya sekedar pelukan antara guru dan murid. Sungguh merindukan mereka.
Karena lantai gedung sekolah adalah suci. Dalam arti selain digunakan untuk belajar, bermain, juga digunakan sebagai tempat sembahyang, maka seluruh penghuni tak boleh mengenakan sepatu saat berada di gedung belajar, namun wajib memakai kaus kaki sebagai gantinya agar terlihat sopan. Begitu pula dengan para teacher. Tapi yang sedikit berbeda, biasanya para teacher menggantinya dengan sandal tidur berbulu yang sangat empuk bila dipakai. Terkecuali saya dan dua teman saya yang tidak menggunakan sandal imut tersebut. Karena kami berpikir hanya tiga minggu disini, jadi tak perlu membelinya. Sandal tersebut sangat lucu dengan hiasan boneka yang berwarna-warni. Berbeda dengan budak-budak, sepatu yang mereka lepas lalu dimasukkan ke dalam tas kecil khusus berwarna biru. 

Minggu, 29 Maret 2015

My Biography :)

               
 Terlahir dengan nama Dita Nurizky, cewek manis yang lahir di salah satu pulau kecil bekas kerajaan Islam zaman Belanda yaitu Ternate pada 22 tahun silam ini adalah putri pertama. Sangat menyukai aktivitas travelling dan  jalan – jalan sambil nyicipin kuliner, baca apa aja, serta nonton filem – filem yang melankolis (baca : korea)  huhuuhuu.. 
                Mahasiswi pecinta warna biru ini juga pernah nyantri di salah satu pondok modern di Jawa Timur. Dan kini tengah menyelesaikan studi S1 dalam bidang Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, sekarang penulis aktif di UPKM El – Ma’rifah ( bergerak di bidang jurnalistik ) Ma’had Sunan Ampel Al – ‘Aly, di Kelas Inspirasi Malang, Grup PBEC Malang, dan grup YTB48 Turkiye.

                Bagi teman – teman yang ingin menjalin komunikasi atau sekedar ngobrol – ngobrol dengan penulis, bisa contact di E-mail :dyta.618@gmail.com  atau Ig : Biru_Launiy 

Tesekkur Ederim. Memnun Oldum :) :) 
Be the best but dont feel the best. Harapan itu masih ada, percayalah...langit masih di atas kita :D

Selasa, 17 Maret 2015

Eksotisme Batik di Negeri Thailand :)

Membatik tidak hanya menjadi khazanah seni dan budaya bangsa Indonesia. Pengalaman penulis selama mengajar di Songkhla Thailand Selatan, memberi warna baru tentang seni dan budaya batik di negeri gajah putih tersebut.


Awalnya, saya sempat terkejut dengan adanya ekstra membatik di negara tetangga, karena kegiatan membatik merupakan salah satu khas Indonesia. Selain negeri Thailand, sebenarnya ada beberapa Negara maju yang juga telah mewajibkan adanya kegiatan ‘membatik’ di dalam ektrakurikuler sekolah, seperti Jerman, Inggris, dan lain sebagainya. Di lain sisi, saya juga merasa bangga, karena para budak (murid) disini sangat antusias sekali dalam mempelajari bagaimana teknik membatik, mengukir, mewarnai dengan menggunakan canting. Hal ini membuat saya sungguh merindukan Indonesia.

Saya berhipotesa mungkin karena letak kota Songkhla yang berada di kawasan Thailand selatan. Meskipun di selatan, Songkhla masih termasuk daerah yang sedikit penggunaan bahasa Malaya dalam kesehariannya. Di perbatasan sebelah barat Songkhla, ada kota Nathawi dan Pathalung, sebelah selatan ada Hat Yai, sebelah timur ada Patani, lalu lanjut sebelahnya yaitu Yala, Narathiwath, dan Malaysia. Hampir semua daerah perbatasan tersebut menggunakan bahasa Malaya sebagai salah satu bahasa sehari-hari mereka. Sangat dekat sekali bukan dengan negara tetangga (Malaysia)? Bahkan jika kita hendak berkunjung ke Malaysia, kita tak perlu naik pesawat atau kendaraan berat lain nya. Karena pihak negara telah menyediakan alat transportasi berupa minibus, vein, ataupun kereta api. Harga pun terjangkau, yaitu sekitar 500 Baht (200.000 Rupiah).

Maka, mayoritas para penduduk Songkhla menggunakan bahasa Siam (Thai) dan Malaya dalam kesehariannya. Meskipun bahasa Malaya tidak digunakan sebanyak bahasa Siam (Thailand), namun tak sulit juga mencari orang yang panak cakap bahasa Malaya.

Di Sasana Bamrung School, para budak (murid) belajar selama lima hari dalam seminggu, terhitung sejak hari Senin hingga hari Jum’at. Mulai pukul 07.00 pagi hingga setelah sholat Ashar berjama’ah, sekitar pukul 16.15 sore. Saya bersama teacher-teacher lainnya terkadang baru pulang sekolah sekitar pukul 16.30. Namun, cuaca sore di Songkhla sangat panas menyengat, tak ubahnya pada siang hari. Mungkin faktor letak sekolah dekat dengan pantai. Lagi-lagi.

Selama di sekolah, para budak mempelajari berbagai mata pelajaran umum dan agama layaknya sekolah-sekolah lainnya. Seperti Matematika, Sejarah, Tafsir, bahasa Arab, bahasa Inggris, bahasa Thailand, bahasa Melayu, bahasa Indonesia, dan masih banyak lagi. Khusus mata pelajaran bahasa Thailand di tingkat Pra’thom Sueksaa (SD/MI), sekolah mendatangkan teacher perempuan dari kerajaan secara resmi. Beliau beragama Siam (Budha). Uniknya lagi, untuk para budak pada tingkat Mathayom (SMA/MA), terdapat mata pelajaran beberapa bahasa yang harus mereka pelajari. diantaranya Melayu dan Indonesia. Agak aneh, pikir saya.

Kembali ke mata pelajaran para budak di sekolah, ternyata mereka juga ada extrakurikuler nya. Diantaranya lingkungan sosial, ektra pramuka, bimbingan belajar, serta extra membatik. Nah.. untuk extra yang terakhir ini saya sangat menyukainya. 

Terkadang saya mengikuti kegiatan ektra membatik yang rutin dilaksanakan di hari libur yaitu hari Sabtu dan Ahad. Selain dua hari ‘istimewa’ tersebut, sebenarnya terkadang para budak mencuri waktu istirahat sekolah untuk menyelesaikan kegiatan memberi warna, atau sekadar menjemur hasil batik. Karena model pembelajaran extra ini adalah dengan membentuk kelompok-kelompok kecil dalam sebuah kelas. Satu kelompok biasanya terdiri dari 4 atau 5 budak. Dengan pemberian tugas yang sama, yaitu menghasilkan sebuah karya batik hasil kekreatifan tiap kelompok. 

Dengan menorehkan cat khusus batik di atas selembar kain khusus batik yang telah disediakan oleh teacher kesenian yang akrab dipanggil dengan Beding (Abah Ding). Selama keberadaan saya disana, beding memberikan tugas kepada para budak untuk membuat sarung bantal hasil karya kegiatan membatik mereka sendiri yang kreatif. 

Semoga Negara kita tetap mampu mempertahankan ke-khas-annya dalam hal membatik. Amin. :)


*Tulisan juga dimuat di Koran Pendidikan Kota Malang pada tanggal 16 Maret 2015 Hal. 21

Sabtu, 28 Februari 2015

Mawar Dalam Kotak :)

Mawar Dalam Kotak


 (I)
Fajar Mu merekah merah
Cahaya biasnya padu melambai
Dengan setetes embun yang turun dari langit
aku siap berkelana, Tuhan
bersama lambaian mentari di ufuk timur
(II)
Pernahkah kau menengok cerita itu, kawan?
Konon, menurut para Datuk
Di bawah meja seorang perempuan bersanggul kebaya
Terdapat sekuntum mawar merah merona indah
Meringkuk lembut dalam sekotak kaca yang bening
Merah kuat sekuat baja dengan pelindung duri di tubuhnya
Siap menembus perisai siapapun yang mengganggunya
Sesekali daun nya melambai, kau tahu?
Dia tak pernah menolak siapapun yang menyapa nya
(III)
Namun, siapa sangka?
Dibalik keelokan tubuh merah merona miliknya
Yang diciptakan Tuhan penuh keindahan semesta
Sang mawar selalu menjadi aduan panjatan lirih perempuan bersanggul kebaya
Dalam do’anya di sepertiga malam lusa lalu
(IV)
Engkau, mawar dalam kebeningan kaca
Jika gerhana datang, bisikkan pada ku tentang arti cahayanya
Yang kata para pendeta pernah menyimpan luka
hingga sinarnya tak lagi diselubungi airmata kekasih
Engkau, mawar yang meringkuk lembut di balik kaca
Membuatku selalu ingin memilikimu...

Biru_Launiy